Inilah Saya Bagi
Keluarga dan Konstribusi Yang Telah, Sedang dan Akan Saya Berikan Untuk
Indonesia
Read more
Setiap manusia tidak pernah bisa memilih
dari keluarga mana mereka akan dilahirkan. Dari mulai orang berada maupun orang
tidak berada sekalipun semua sudah mempunyai garis kehidupannya masing-masing,
begitu pula saya. Saya terlahir di keluarga sederhana yang dikelilingi dengan
rasa kasih sayang, setiap hari kami selalu mensyukuri apa yang telah Tuhan
berikan. Meskipun sifat manusia yang tidak pernah puas dengan apa yang sudah
didapat, tapi sekecil apapun nikmat Tuhan yang telah diberikan itulah rezeki
yang harus selalu kami syukuri. Suatu ketika terlintas di benak saya “mau
sampai kapan hidup terus seperti ini?” Orang Tua sudah semakin tua apakah tega
melihat masa tua mereka hidup dengan biasa saja bahkan terkadang hidup dalam
keterbatasan. Dari pemikiran itu saya mulai tergerak untuk menjadi seseorang
yang bisa berguna untuk orang-orang yang saya cintai, mulai berfikir jika
impian tidak mudah didapat jika hanya mengandalkan ijazah SMK. Maka lahirlah
saya menjadi seorang mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia, perjuanganpun
tidak segampang yang dikira. Dengan dibantu oleh kedua saudara kandung saya
yang lebih tua, dari mulai biaya pendidikan sampai kebutuhan hidup sendiri di
kota rantauan mereka turut membantu untuk tercapainya mimpi saya. Terlebih di
keluarga kami tidak ada seorangpun yang memiliki gelar Sarjana, kedua saudara
kandung saya lebih memilih bekerja dengan lulusan SMK/SMA dari pada melanjutkan
ke tingkat Sarjana. Seolah memiliki pemikiran yang sama seperti saya mereka
percaya jika saya bisa merubah keadaan keluarga menjadi lebih baik untuk
kedepannya. Maka dari itu saya memilih kuliah jurusan Ilmu Komunikasi, karena
impian saya yaitu menjadi seorang jurnalistik.
Berbicara tentang jurnalistik tidak jauh
dari yang namanya informasi. Di zaman sekarang manusia hidup tidak jauh dengan
barang elektronik yang bisa memberikan banyak informasi, seperti Smartphone dan
Televisi. Suatu infromasi akan menjadi
sebuah hal negative jika pesan yang disampaikan tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan. Di dalam Televisi dan Smartphone sering banyak berkeliaran
informasi penting maupun tidak penting, bahkan informasi hoax sekalipun. Tak
jarang juga informasi yang tidak penting/hoax menjadi pemicu dari timbulnya
rasa benci pada setiap diri manusia.
Data
yang dipaparkan oleh Kementrian Komunikasi dan Infromatika menyebutkan ada
sebanyak 800ribu situs Indonesia yang terindikasi sebagai penyebar berita palsu
dan ujaran kebencian (hate speech). “Situs itu hampir 800ribu ya, data terakhir
700ribu hampir 800ribu” ujar Rudiantara saat ditemui setelah mengikuti rapat
terbatas di Kantor Presiden.[1]
Untuk itu penting menanamkan pendidikan
literasi media di usia dini karena pengguna internet bukan hanya orang dewasa
tetapi sudah menjajal kalangan anak muda. Inilah salah satu kontribusi saya
yang telah dan sedang dilakukan untuk Indonesia yaitu menjadi pengguna internet
yang bijak, sebisa mungkin tidak mudah terprovokasi dengan adanya informasi
yang belum tentu kebenanrannya seperti apa. Selain itu tak henti-hentinya
selalu memberikan/mengingatkan orang-orang disekitar saya bahkan di dunia
internet untuk selalu menggunakan literasi dalam bermedianya ketika mendapatkan
suatu informasi di Internet dan Televisi. Kontribusi seperti ini sangatlah
penting untuk Indonesia, karena tak sedikit kasus-kasus yang terjadi di
Indonesia disebabkan oleh berita hoax. Seperti tragedi demo di kantor YLBH
Jakarta pada 19 September 2017 yang disebabkan adanya berita hoax. “Broadcast itukan kita belum tahu itu lama
atau baru, terindikasi untuk provokasi sedang kita selidiki” ujar Kabid Humas
Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono[2].
Dimulai dari hal kecil yaitu menanamkan literasi media pada diri kita sendiri
dan berujung akan menjadi hal yang besar untuk Indonesia yang lebih aman dan
tentram.
Tak jarang kasus berita hoax ada yang
datang dari media-media besar di Indonesia, bahkan selain adanya berita hoax
media besar di Indonesia akhir-akhir ini kerap sekali menjadi media yang tidak
seimbang/berat sebelah ketika memberitakan suatu berita. Para pemilik modal
kerap menyalahnggunakan media-media tersebut. Biasanya kejadian ini sering
terjadi pada fenomena-fenomena perpolitikan, seperti pada fenomena pemilu
Presiden 2014 lalu banyak sekali media besar Indonesia yang memberitakan
tokoh/partai politik dengan tidak seimbang. Padahal keseimbangan suatu berita
dibutuhkan agar khalayak yang menerima berita tersebut bisa memiliki pandangan
tersendiri/memilih pandangannya sendiri dari berita yang diterimanya, tanpa
adanya campur tangan pandangan dari suatu media kepada khalayak. Untuk itu saya sebagai mahasiswa Ilmu
Komunikasi akan berkontribusi dalam industri media-media Indonesia, yaitu
menjadi seorang jurnalis yang selalu memberikan informasi positive, nyata, dan
seimbang.
[1]
https://m.cnnindonesia.com/teknologi/
20161229170130-185-182956/ada-800-ribu-situs-penyebar-hoax-di-indonesia/?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C4263782410