Beasiswa Bazma Pertamina

Jumat, 06 Oktober 2017
Inilah Saya Bagi Keluarga dan Konstribusi Yang Telah, Sedang dan Akan Saya Berikan Untuk Indonesia


Setiap manusia tidak pernah bisa memilih dari keluarga mana mereka akan dilahirkan. Dari mulai orang berada maupun orang tidak berada sekalipun semua sudah mempunyai garis kehidupannya masing-masing, begitu pula saya. Saya terlahir di keluarga sederhana yang dikelilingi dengan rasa kasih sayang, setiap hari kami selalu mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan. Meskipun sifat manusia yang tidak pernah puas dengan apa yang sudah didapat, tapi sekecil apapun nikmat Tuhan yang telah diberikan itulah rezeki yang harus selalu kami syukuri. Suatu ketika terlintas di benak saya “mau sampai kapan hidup terus seperti ini?” Orang Tua sudah semakin tua apakah tega melihat masa tua mereka hidup dengan biasa saja bahkan terkadang hidup dalam keterbatasan. Dari pemikiran itu saya mulai tergerak untuk menjadi seseorang yang bisa berguna untuk orang-orang yang saya cintai, mulai berfikir jika impian tidak mudah didapat jika hanya mengandalkan ijazah SMK. Maka lahirlah saya menjadi seorang mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia, perjuanganpun tidak segampang yang dikira. Dengan dibantu oleh kedua saudara kandung saya yang lebih tua, dari mulai biaya pendidikan sampai kebutuhan hidup sendiri di kota rantauan mereka turut membantu untuk tercapainya mimpi saya. Terlebih di keluarga kami tidak ada seorangpun yang memiliki gelar Sarjana, kedua saudara kandung saya lebih memilih bekerja dengan lulusan SMK/SMA dari pada melanjutkan ke tingkat Sarjana. Seolah memiliki pemikiran yang sama seperti saya mereka percaya jika saya bisa merubah keadaan keluarga menjadi lebih baik untuk kedepannya. Maka dari itu saya memilih kuliah jurusan Ilmu Komunikasi, karena impian saya yaitu menjadi seorang jurnalistik.
Berbicara tentang jurnalistik tidak jauh dari yang namanya informasi. Di zaman sekarang manusia hidup tidak jauh dengan barang elektronik yang bisa memberikan banyak informasi, seperti Smartphone dan Televisi.  Suatu infromasi akan menjadi sebuah hal negative jika pesan yang disampaikan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Di dalam Televisi dan Smartphone sering banyak berkeliaran informasi penting maupun tidak penting, bahkan informasi hoax sekalipun. Tak jarang juga informasi yang tidak penting/hoax menjadi pemicu dari timbulnya rasa benci pada setiap diri manusia.
Data yang dipaparkan oleh Kementrian Komunikasi dan Infromatika menyebutkan ada sebanyak 800ribu situs Indonesia yang terindikasi sebagai penyebar berita palsu dan ujaran kebencian (hate speech). “Situs itu hampir 800ribu ya, data terakhir 700ribu hampir 800ribu” ujar Rudiantara saat ditemui setelah mengikuti rapat terbatas di Kantor Presiden.[1]
Untuk itu penting menanamkan pendidikan literasi media di usia dini karena pengguna internet bukan hanya orang dewasa tetapi sudah menjajal kalangan anak muda. Inilah salah satu kontribusi saya yang telah dan sedang dilakukan untuk Indonesia yaitu menjadi pengguna internet yang bijak, sebisa mungkin tidak mudah terprovokasi dengan adanya informasi yang belum tentu kebenanrannya seperti apa. Selain itu tak henti-hentinya selalu memberikan/mengingatkan orang-orang disekitar saya bahkan di dunia internet untuk selalu menggunakan literasi dalam bermedianya ketika mendapatkan suatu informasi di Internet dan Televisi. Kontribusi seperti ini sangatlah penting untuk Indonesia, karena tak sedikit kasus-kasus yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh berita hoax. Seperti tragedi demo di kantor YLBH Jakarta pada 19 September 2017 yang disebabkan adanya berita hoax. “Broadcast itukan kita belum tahu itu lama atau baru, terindikasi untuk provokasi sedang kita selidiki” ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono[2]. Dimulai dari hal kecil yaitu menanamkan literasi media pada diri kita sendiri dan berujung akan menjadi hal yang besar untuk Indonesia yang lebih aman dan tentram.
Tak jarang kasus berita hoax ada yang datang dari media-media besar di Indonesia, bahkan selain adanya berita hoax media besar di Indonesia akhir-akhir ini kerap sekali menjadi media yang tidak seimbang/berat sebelah ketika memberitakan suatu berita. Para pemilik modal kerap menyalahnggunakan media-media tersebut. Biasanya kejadian ini sering terjadi pada fenomena-fenomena perpolitikan, seperti pada fenomena pemilu Presiden 2014 lalu banyak sekali media besar Indonesia yang memberitakan tokoh/partai politik dengan tidak seimbang. Padahal keseimbangan suatu berita dibutuhkan agar khalayak yang menerima berita tersebut bisa memiliki pandangan tersendiri/memilih pandangannya sendiri dari berita yang diterimanya, tanpa adanya campur tangan pandangan dari suatu media kepada khalayak.  Untuk itu saya sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi akan berkontribusi dalam industri media-media Indonesia, yaitu menjadi seorang jurnalis yang selalu memberikan informasi positive, nyata, dan seimbang.


[1] https://m.cnnindonesia.com/teknologi/ 20161229170130-185-182956/ada-800-ribu-situs-penyebar-hoax-di-indonesia/?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C4263782410

0 komentar:

Posting Komentar