Perkembangan Industri rekaman Indonesia
Pada mulanya adalah music
klasik dan jazz, lalu gramafon Columbia
made in USA dan peralatan studio rekaman dibawa ke Hindia Belanda pada awal
abadke -20, seratus tahun silam. Setelah itu baru tercatat berdirinya perusahaan
rekaman ODEON, CANARY, dan HIS MASTER VOICE di Surabaya, yang memproduksi
piringan hitam untuk orang-orang kaya perkotaan yang jumahnya tidak seberapa.
Catatan
keberadaan perusahaan rekaman di Indonesia sekitar tahun 1954 ketika IRAMA
berdiri, disusul DIMITA, REMACO di Jakarta dan perusahaan rekamanj milik negara
LOKANANTA di Solo. Pencipta music Suyoso Karsono yang lebih dikenal Mas Yos
menggunakan garasi rumahnya di Jalan Theresia, Jakartta, untuk merekam sejumlah
grup music, dari sinilah lahir perusahaan rekaman IRAMA.
Yang
pertama direkam IRAMA adalah sebuah quintet yang terdiri dari Dick Abel, Max
van Dalm, Van der Cepellen, dan Nick Mamahit. Perusahaan rekaman pertama
setalah kemerdekaan Indonesia ini juga memproduksi penyanyi dan grup music
Melayu seperti Hasnah Tahar (Burung Nuri, Khayalan dan Penyair), yang diiringi
Orkes Melayu Bukit Siguntang pimpinan A Chalik.
Kemudian
Munif Bahasuan (Ratapan Anak Tiri), Oslan Husein yang me-rock ‘n roll-kan lagu
Bangwan Solo, Kampuang nan Jauh di Mato dengan iringan music Orkes Taruna Ria,
Nurseha (Ayam den Lapeh, Laruik Sanjo), serta Mas Yos sendiri yang merekam
suara lewat lagu Nasi Uduk, Janganlah jangan diiringi Orkes Maruti.
Sebelum
menjadi Koes Bersaudara dan masuk rekaman DIMITA tahun 1969, Koes Bersaudara
yang terdiri dari Tonny, Yon, Yok, Nomo, Jon pada tahun 1962 merekam
lagu-lagunya diorama. Sejumlah lagunya yang hingga kini masih digemari antara
lain Dara Manisku, Jangan Bersedih, Harapanku, Dewi rindu, Bis Sekolah, Pagi
Yang Indah, Si Kancil, OhKau Tahu, Telaga Sunyi, Angin Laut, Senaj, Selamat
Berpisah, Aku Rindukan Kasihmu, GAdis Puri, Kuduslah Cintamu, Slelau, Rindu,
Awan Putih, Doa Ibu, Bintang Kecil, Di Pantai Bali.
Titiek
Puspa (minah Gadis Dusun, Si Hitamj, Daun vYnga Gugur, Mari Kemari), Lilies
Suryani (Gang Kelinci, Tiga Mlam, Jali
jli), Tuty Subarjo – Onny Suryono (Telepon), Rachmat Kartolo (Patah
Hati, Pursara Cintaku), Elly Kasim (Bareh Solok, Hitam Manis), Nien Lasmana
(Kopral Djono, Letnan Hardi, Menanti) Serta Ireng Maulana sempat pula berkarya
di studio rekaman IRAMA yang amat sederhana di Jln Cikini Raya. Sedemikian
sederhananya sehingga suara hujan atau kereta api lewatdiblakang studio terekam
lebih keras dari music dan vocal penyanyi.
Jejak
IRAMA diikuti DIMITA dan REMACO, yang selain memproduksi lagu-lagu keroncong,
mulai berpaling pada lagu pop. DIMITA yang dipimpin Dick tamimi memproduksi
piringan hiytam Panbers dan Koes Bersaudara, sebelum kedua grup itu pindah ke
REMACO.
Sementara
LOKANANTA tetap memproduksi lagu-lagu daerah dan tradisional. Hingga thun 1964,
perusahaan-perusahaan yang memproduksi piringan hitam ini tidak mengalami
hambatan berarti kecuali pasar yang lambat berkembang.
Sumber : Http://gitapratiwie.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar